Cari Data Lengkap

Sabtu, 19 Oktober 2013

MENGHORMATI TETANGGA

TUGAS INDIVIDU
Nama Dosen : Mustaqim Muhallim, S.Ag.
AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
MENGHORMATI TETANGGA

DI SUSUN OLEH :

NAMA                                    : YUSRIKA BAHARA
NIM                             : K 10540 7877 12
KELAS                       :  E
JURUSAN                 : PGSD S.1  PPKHB

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012/2013




KATA PENGANTAR


Manusia adalah makhluk sosial yang selalu berinteraksi dengan sesamanya dan cenderung membutuhkan yang lainnya dalam mengisi rentetan kehidupannya. Terlebih lagi dengan orang yang paling dekat tempat tinggalnya, yaitu tetangga.
Oleh karena itulah syari’at Islam datang dengan ajaran yang sangat agung dalam mengatur hubungan seseorang dengan tetangganya, yang pada decade terakhir ini cenderung terabaikan karena menonjolnya sifat cuek, mementingkan diri sendiri dan apatis terhadap tetangganya sebagai buah dari pola hidup materialistis modern.
Agama Islam agama fitrah yang memperhatikan hak-hak yang berhubungan dengan asasi seseorang atau masyarakat. Agama yang mengatur hubungan hamba dengan Rabbnya dan hubungan antar hamba dengan keserasian dan keselarasan yang sempurna. Diantara hubungan antar hamba yang diatur dan diperhatikan Islam adalah hubungan bertetangga, karena hubungan bertetangga termasuk hubungan kemasyarakatan yang penting yang dapat menghasilkan rasa saling cinta, kasih sayang dan persaudaraan antar mereka. Oleh karena itu penulis akan memabahas tentang bagaimana cara memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga, ancaman atas sikap buruk kepada tetangga dll.

















DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB   I      PENDAHULUAN
a.       Latar Belakang
b.      Rumusan Masalah
c.       Tujuan
BAB   II     PEMBAHASAN
a.       Memuliakan dan Berbuat Baik Kepada Tetangga
b.      Anjuran Berbuat Baik Kepada Tetangga
c.       Hak-hak Tetangga
d.      Etika dan Adab Pergaulan dengan Tetangga
e.       Sikap Terhadap Tetangga
f.       Kedudukan Tetangga
g.      Ancaman atas Sikap Buruk Kepada Tetangga.  
BAB   III   PENUTUP
                    Kesimpulan
                    Daftar Pustaka










BAB I
PENDAHULUAN

a.      Latar belakang
Dalam kehidupan ini kita berkeluarga dan bertempat tinggal sehingga kita tidak akan lepas dari tetangga. Maka dengan masalah ini, kami sedikit menguraikan bagaimana cara kita untuk mengabdikan diri kepada sang Khalik dengan cara, menghormati tetangga, mengutamakan mereka, agar supaya pengabdian ini benar-benar diterima di sisiNya. Karena dalam suatu hadist di sebutkan “Barang siapa yang tidak memenuhi undangan maka ia telah bermaksiat kepada Allah dan Rasul-Nya.” (HR. Bukhari), “Barang siapa beriman kepada Allah dan hari akhir, maka hendaknya tidak menyakiti tetangganya”.
Allah berfirman dalam Q.S. An-nisa ayat 36
* (#rßç6ôã$#ur ©!$# Ÿwur (#qä.ÎŽô³è@ ¾ÏmÎ/ $\«øx© ( Èûøït$Î!ºuqø9$$Î/ur $YZ»|¡ômÎ) ÉÎ/ur 4n1öà)ø9$# 4yJ»tGuŠø9$#ur ÈûüÅ3»|¡yJø9$#ur Í$pgø:$#ur ÏŒ 4n1öà)ø9$# Í$pgø:$#ur É=ãYàfø9$# É=Ïm$¢Á9$#ur É=/Zyfø9$$Î/ Èûøó$#ur È@Î6¡¡9$# $tBur ôMs3n=tB öNä3ãZ»yJ÷ƒr& 3 ¨bÎ) ©!$# Ÿw =Ïtä `tB tb%Ÿ2 Zw$tFøƒèC #·qãsù ÇÌÏÈ
Artinya : “ sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu bapak, karib kerabat, anak-anak yatim orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri.
b.      Rumusan Masalah
Islam adalah agama rahmah yang penuh kasih sayang. Dan hidup rukun dalam bertetangga adalah moral yang sangat ditekankan dalam Islam. Jika umat Islam memberikan perhatian dan menjalankan poin penting ini, niscaya akan tercipta kehidupan masyarakat yang tentram, aman dan nyaman.
Dalam kehidupan kita sekarang ini, sudah banyak orang yang tidak menghargai atau menghormati tetangganya bahkan orang yang tinggal diperumahan sudah tidak kenal lagi dengan tetangga sebelah rumahnya yang hanya dibatasi oleh tembok. Padahal Islam sangat menganjurkan kita agar saling mengenal dan saling menghormati sesama manusia terlebih kepada tetangga kita sendiri. Siapalagi yang akan menolong kita pada saat dalam kesusahan/ dalam masalah yang pertama kali kalau bukan tetangga kita. Jadi dalam masalah diatas penulis akan membahas tentang bagaimana menghormati tetannga.
c.       Tujuan
Tujuan makalah ini untuk memahami pentinggnya menghormati tetangga yang termasuk kewajiban kita sebagai pemeluk agama Islam. Sehingga pembahasan ini nanti bisa bermanfaat khususnya baagi penulis dan umumnya bagi masyarakat. Karena perbuatan yang baik atau terpuji atau tercela terhadap Allah SWT dinamakan hubungan vertical, sedangkan perbuatan perbuatan yang berhubungan dengan perkara yang terpuji atau tercela terhadap sesama manusia atau alam sekitar dinamakan hubungan horizontal. Yang mana tujuan utama nanti untuk membentuk manusia seutuhnya semoga makalah ini ada manfaat dan barakahnya.  
















BAB II
PEMBAHASAN


a.      Memuliakan dan berbuat baik kepada tetangga

Memuliakan tetangga adalah merupakan salah satu dari akhlak Islami yang dicontohkan oleh Rasulullah SAW. Karena memang sebagai manusia dan makhluk sosial yang membutuhkan orang lain, kita tidak mungkin terlepas dari apa yang dinamakan dengan tetangga. Untuk itulah menghormati tetangga dalam Islam mempunyai peran serta arti penting dalam tuntunan hidup bermasyarakat dalam agama kita ini.

Tetangga adalah seluruh orang yang tinggal berdampingan dengan kita, siapapun dia. Tetangga memiliki hak yang wajib untuk ditunaikan sesuai tingkatan mereka dan tidak boleh dilalaikan. Tingkatan mereka itu tergantung pada kedekatan, kekerabatan, agama, dan akhlaknya. Maka hendaknya setiap mereka diberikan haknya sesuai dengan kadar tingkatan tersebut.

Tetangga yang tinggal berdampingan dengan kita tentu tidak sama dengan tetangga yang jauh dari kita, tetangga yang juga sekaligus adalah keluarga kita, tidak sama dengan tetangga yang bukan keluarga, tetangga yang seagama tidak sama dengan tetangga yang beragama lain.

Dalil hadist mengenai keutamaan dalam menghormati dan memuliakan tetangga adalah sebagai barikut : "Dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu , dari Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam , beliau bersabda: "Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam. Barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia menghormati tetangganya. Dan barang siapa beriman kepada Allah dan hari Akhir, hendaklah ia memuliakan tamunya". (HR. Al-Bukhari dan Muslim).

Adapun memuliakan tetangga dan berbuat baik kepada tetangga adalah diperintahkan dalam Islam. Allah Ta’ala berfirman yang artinya : "Beribadahlah kepada Allah dan janganlah mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun, dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga dekat dan tetangga jauh, teman sejawat, ibnu sabil, dan hamba sahaya yang kamu miliki. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri”. (QS. An.Nisa/4 ayat 36).

b.      Anjuran Berbuat Baik Kepada Tetangga

Karena demikian penting dan besarnya kedudukan tetangga bagi seorang muslim, Islam pun memerintahkan ummatnya untuk berbuat baik terhadap tetangga. Allah Ta’ala berfirman (yang artinya) :
Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatu pun. Dan berbuat baiklah kepada kedua orang tua, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang memiliki hubungan kerabat dan tetangga yang bukan kerabat, teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri” (QS. An Nisa: 36)
Syaikh Abdurrahman As Sa’di menjelaskan ayat ini: “Tetangga yang lebih dekat tempatnya, lebih besar haknya. Maka sudah semestinya seseorang mempererat hubungannya terhadap tetangganya, dengan memberinya sebab-sebab hidayah, dengan sedekah, dakwah, lemah-lembut dalam perkataan dan perbuatan serta tidak memberikan gangguan baik berupa perkataan dan perbuatan” (Tafsir As Sa’di, 1/177)
Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam juga bersabda yang artinya:
Sahabat yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap sahabatnya. Tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah yang paling baik sikapnya terhadap tetangganya” (HR. At Tirmidzi 1944, Abu Daud 9/156, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Silsilah Ash Shahihah 103)
Maka jelas sekali bahwa berbuat baik terhadap tetangga adalah akhlak yang sangat mulia dan sangat ditekankan penerapannya, karena diperintahkan oleh Allah dan Rasul-Nya.


c.       Hak-Hak Tetangga
Dalam kitab suci Qur’an maupun riwayat banyak sekali ditemukan kewajiban dan anjuran mengenai hubungan dalam kehidupan bertetangga. Menghormati, memuliakan dan menjaga hak-hak tetangga merupakan kewajiban yang ada dalam ajaran Islam. Allah Ta'ala memuji dan memberikan ganjaran besar bagi orang-orang yang memuliakan dan menjaga hak-hak tetangganya. Dan sebaliknya, Allah mengecam keras siapa saja yang mengganggu dan melanggar hak-hak tatangganya.
Berikut adalah hak-hak tetangga menurut para ulama yang terbagi menjadi 3 yaitu :
  1. Tetangga muslim yang memiliki hubungan kerabat, maka ia memiliki tiga hak, yaitu: hak tetangga, hak Islam, dan hak kekerabatan.
  2. Tetangga muslim, maka ia memiliki dua hak, yaitu: hak tetangga, dan hak Islam.
  3. Tetangga kafir, ia hanya memiliki satu hak, yaitu hak tetangga.
Islam adalah agama yang mengatur hubungan bertetangga secara baik. Islam menempatkan posisi tetangga pada tempat yang tinggi dan terhormat. Ajaran demikian sebelumnya tidak dikenal dalam aturan atau perundangan manapun. Di dalam Islam, tetangga adalah sosok yang memiliki hak yang wajib (kewajiban bertetangga) untuk ditunaikan dan kehormatan yang wajib untuk dijaga.

Menyakiti tetangga adalah sebuah kejahatan yang sangat diharamkan dalam Islam. Diriwayatkan oleh Abu Syuraih, dari Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam, "Demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman, demi Allah tidaklah beriman. Ditanyakan kepada beliau, 'Siapa orang itu wahai Rasulullah? Rasulullah menjawab, 'Mereka itu adalah orang-orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya”. (HR. Bukhari).
Contoh perbuatan yang menyakiti tetangga adalah mengkhianati mereka, membuka aib dan kelemahannya, mengganggu anak-anak wanitanya, menggoda istrinya, dengan terlebih melakukan perselingkuhan dengannya, baik secara langsung atau tidak langsung. Sungguh perbuatan ini adalah seburuk-buruk dosa yang sangat dibenci dan dikutuk oleh seluruh jiwa yang sehat.

d.      Etika dan adab pergaulan dengan tetangga
Diantara etika dan adab pergaulan dengan tetangga yang selayaknya kita perhatikan adalah;
1.      mencintai kebaikan tetangga sebagaimana menyukai kebaikan untuk diri sendiri. Bergembira jika ia mendapat kebaikan dan kebahagiaan, serta menjauhi sikap dengki terhadapnya, sebab sifat inilah yang menyebabkan kerenggangan hubungan diantara manusia.
Dari Anas bin Malik dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam beliau bersabda: “tidaklah seseorang beriman hingga ia mencintai untuk saudaranya –atau beliau bersabda- untuk tetangganya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri.” HR Muslim

2.      Tidak menyakiti tetangga baik dengan perkataan dan perbuatan, bahkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengingkari keimanan seseorang, manakala tetangganya belum merasa aman dari gangguannya. Dalam shahihnya, imam Bukhari meriwayatkan

Dari Abu Syuraih bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Demi Allah, tidak beriman, demi Allah tidak beriman, demi Allah tidak beriman.” Ditanyakan kepada beliau; “Siapa yang tidak beriman wahai Rasulullah?” Beliau bersabda: “Yaitu orang yang tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya.”
Bahkan dalam riwayat lain, rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyukai terhadap wanita yang senantiasa puasa dan shalat, namun tetangganya tidak merasa aman dengan gangguannya, imam Ahmad meriwayatkan
Dari Abu Hurairah ia berkata; Seorang lelaki berkata; “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang terkenal dengan banyak shalat, puasa dan sedekah, hanya saja ia menyakiti tetangganya dengan lisannya, ” Maka beliau bersabda: “Dia di neraka.” Lelaki itu berkata; “Wahai Rasulullah, ada seorang wanita yang terkenal dengan sedikit puasa, sedekah dan shalatnya, ia hanya bersedekah dengan sepotong keju, tetapi ia tidak menyakiti tetangganya dengan lisannya, ” maka beliau bersabda: “Dia di surga.”
3.      Berbuat baik terhadap tetangga, yaitu menolongnya ketika ia meminta pertolongan, membantunya jika ia meminta bantuan, menjenguknya jika ia sakit, mengucapkan selamat jika ia mendapat kesenangan, menghiburnya jika ia mendapat musibah, menyapanya, berbicara dengan lemah lembut, menjaga perasaannya, memaafkan kesalahannya.
   Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya :
 “Sebaik-baik sahabat di sisi Allah adalah seorang yang terbaik terhadap temannya. Dan tetangga yang paling baik di sisi Allah adalah seorang yang paling baik terhadap tetangganya.” HR Tirmidzi
4.      Menghormatinya dengan memberikan pemberian kepadanya, berdasarkan sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam yang artinya :

 “Janganlah sekali-kali salah seorang dari kalian meremehkan sesuatu pun dari amal kebaikan. Jika ia tidak mendapatkan sesuatu (untuk berbuat baik), hendaklah ia berwajah ceria terhadap saudaranya. Apabila kamu membeli daging atau memasak makanan di atas periuk, maka perbanyaknya kuahnya dan berikanlah dari makanan itu untuk tetanggamu.”
Bahkan tidak termasuk ciri seorang mukmin, bila seseorang membiarkan tetangganya kelaparan, sementara dirinya kenyang. Dalam kitab Al Adab Al Mufrad, imam Al Bukhari meriwayatka:
“Dari Ibnu Abbas bahwa dia mengabarkan kepada Ibnu Zubair, dia berkata; aku mendengar Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda: “Bukanlah seorang Mukmin, orang yang kenyang sementara tetangganya kelaparan.”
Aisyah berkata; “Aku memiliki dua tetangga, kepada yang mana aku mesti memberikan hadiah? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menjawab; “Kepada yang pintunya lebih dekat denganmu.” HR Bukhari
5.      Memuliakan dan menghargainya, tidak melarang menempatkan kayu pada dindingnya, tidak menjual dan menyewakan lahan yang bersambung dengan lahannya atau yang mendekatinya, sehingga menawarkan kepadanya terlebih dahulu. Berdasarkan hadits dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda :
لَا يَمْنَعْ جَارٌ جَارَهُ أَنْ يَغْرِزَ خَشَبَهُ فِي جِدَارِهِ
“Janganlah seseorang diantara kalian melarang tetangganya menempatkan kayu pada dindingnya”.

Beliau juga bersabda: “Barangsiapa memiliki tetangga dalam satu dinding pembatas atau dinding bersama, hendaklah tidak menjualnya sehingga menawarkan kepada tetangganya lebih dahulu”.

Jika seorang muslim mendapat cobaan berupa perlakuan buruk tetangganya, hedaklah bersabar, karena kesabarannya akan melepaskan dari itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda yang artinya :

“Sesungguhnya Allah Azza wajalla mencintai tiga hal dan membenci tiga hal: Di antara yang disebutkan adalah seorang lelaki yang mempunyai tetangga yang selalu menyakitinya namun dia tetap bersabar atas prilaku buruknya sampai Allah mencukupkannya dari tetangganya baik saat hidup atau setelah kematian “.

e.        Sikap terhadap Tetangga
1.      Cara bertetangga

Tetangga yang baik adalah tetangga yang saling menghormati, menghargai, dan tolong-menolong dalam segala keadaan. Kita harus mengerti tetangga kita. Dalam bertetangga tidak diperkenankan melakukan perbuatan yang mengganggu tetangga, seperti:
a.       Memfitnah tetangga
b.      Merusak taman yang ada di sekitar rumah tetangga
c.       Membunyikaaan music dengan sangat keras
d.      Mengganggu putera-putri atau binatang peliharaannya
e.       Mengganggu rumah tangganya
f.       Mempersulit tetangga yang membutuhkan kita
g.      Membiarkan tetangga yang kesusahan

2.      Tolong menolong dalam bertetangga

Manusia adalah mahluk social yang harus bergaul dengan manusia lainnya dan tidak bisa menyendiri, tetapi harus berhubungan dan berinteraksi dengan sesamanya.

Dalam bertetangga kita pasti akan saling membutuhkan satu sama lain. Tetangga yang kaya membutuhkan tetangga yang miskin untuk membantu menyelesaikan pekerjaannya. Dan tetangga yang miskin membutuhkan orang kaya untuk bekerja dan mencukupi kebutuhan hidupnya. Karena itu, kita hendaknya jangan memandang remeh tetangga yang miskin, sebab kita membutuhkan mereka dan mereka pun membutuhkan kita. Allah swt berfirman sebagai berikut:
$pkšr'¯»tƒ tûïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#q=ÏtéB uŽÈµ¯»yèx© «!$# Ÿwur tök¤9$# tP#tptø:$# Ÿwur yôolù;$# Ÿwur yÍ´¯»n=s)ø9$# Iwur tûüÏiB!#uä |MøŠt7ø9$# tP#tptø:$# tbqäótGö6tƒ WxôÒsù `ÏiB öNÍkÍh5§ $ZRºuqôÊÍur 4 #sŒÎ)ur ÷Läêù=n=ym (#rߊ$sÜô¹$$sù 4 Ÿwur öNä3¨ZtB̍øgs ãb$t«oYx© BQöqs% br& öNà2r|¹ Ç`tã ÏÉfó¡yJø9$# ÏQ#tptø:$# br& (#rßtG÷ès? ¢ (#qçRur$yès?ur n?tã ÎhŽÉ9ø9$# 3uqø)­G9$#ur ( Ÿwur (#qçRur$yès? n?tã ÉOøOM}$# Èbºurôãèø9$#ur 4 (#qà)¨?$#ur ©!$# ( ¨bÎ) ©!$# ߃Ïx© É>$s)Ïèø9$# ÇËÈ

…dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan dan takwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran. dan bertakwalah kamu kepada Allah, Sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya. (Q.S. Al-Maidah: 2)

3        Sopan santun dalam bertetangga
Tetangga adalah orang yang sangat dekat dengan kita. Bila kita tertimpa musibah atau mengadakan hajatan, tetangga yang lebih dahulu membantu kita, setelah itu saudara-saudara kita dan handai taulan yang jauh dengan kita.
Dalam bertetangga kita harus menciptakan situasi yang bersahabat, baik di rumah, di jalan, dan di tempat-tempat umum lainnya. Karena itu, kita harus memiliki sopan santun dalam bertetangga. Di antara sopan santun dalam bertetangga itu adalah sebagai berikut:
1        Harus hormat menghormati dengan tetangga, seperti menyapa ketika berjumpa di jalan, atau mengucapkan salam ketika bertemu.
2        Bila kita berbahagia, undanglah tetangga kita untuk berbagi kebahagiaan itu. Dan ila tetangga kita mendapat kebahagiaan, kita ucapkan selamat kepada mereka.
3        Hendaklah kita sopan dalam berkata dan berbuat.
4        Bantulah tetangga kita yang kekurangan dan kesusahan.
5        Bersikap dan berbuat adillah dengan tetangga, serta tepatilah janji. Jika kita sering mengingkari janji tentu hubungan dengan tetangga tidak akan baik. Ingat janji itu adalah utang.
6        Bila kita memiliki makanan, maka berbagilah dengan tetangga kita. Dalam sebuah hadits disebutkan dari Abu Dzar ia berkata:
أَوْصَانِي رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا طَبَخْتُ قِدْرًا أَنْ أُكْثِرَ مَرَقَتَهَا فَإِنَّهَا أَوْسَعُ لِلْجِيرَانِ                     
"Rasulullah Shallalahu 'Alaihi Wasallam memberiku wasiat agar apabila aku masak untuk memperbanyak kuahnya, sebab hal itu dapat memperlapang tetangga (untuk ikut merasakan)." (AHMAD - 20417)

f.       Kedudukan Tetangga Bagi Seorang Muslim

Hak dan kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah besar dan mulia. Sampai-sampai sikap terhadap tetangga dijadikan sebagai indikasi keimanan. Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya:
 Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaknya ia muliakan tetangganya” (HR. Bukhari 5589, Muslim 70)
Bahkan besar dan pentingnya kedudukan tetangga bagi seorang muslim sangatlah ditekankan, sebagaimana sabda Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya :
 Jibril senantiasa menasehatiku tentang tetangga, hingga aku mengira bahwa tetangga itu akan mendapat bagian harta waris” (HR. Bukhari 6014, Muslim 2625)
Syaikh Muhammad bin Shalih Al Utsaimin menjelaskan: “Bukan berarti dalam hadits ini Jibril mensyariatkan bagian harta waris untuk tetangga karena Jibril tidak memiliki hak dalam hal ini. Namun maknanya adalah beliau sampai mengira bahwa akan turun wahyu yang mensyariatkan tetangga mendapat bagian waris. Ini menunjukkan betapa ditekankannya wasiat Jibril tersebut kepada Nabi Shallallahu’alaihi Wasallam” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/177)

g.      Ancaman Atas Sikap Buruk Kepada Tetangga

Disamping anjuran, syariat Islam juga mengabakarkan kepada kita ancaman terhadap orang yang enggan dan lalai dalam berbuat baik terhadap tetangga. Bahkan Rasulullah Shallallahu’alaihi Wasallam menafikan keimanan dari orang yang lisannya kerap menyakiti tetangga. Beliau Shallallahu’alaihi Wasallam bersabda yang artinya :
 Demi Allah, tidak beriman, tidak beriman, tidak beriman. Ada yang bertanya: ‘Siapa itu wahai Rasulullah?’. Beliau menjawab: ‘Orang yang tetangganya tidak aman dari bawa’iq-nya (kejahatannya)‘” (HR. Bukhari 6016, Muslim 46)
Syaikh Ibnu Utsaimin menjelaskan: “Bawa’iq maksudnya culas, khianat, zhalim dan jahat. Barangsiapa yang tetangganya tidak aman dari sifat itu, maka ia bukanlah seorang mukmin. Jika itu juga dilakukan dalam perbuatan, maka lebih parah lagi. Hadits ini juga dalil larangan menjahati tetangga, baik dengan perkataan atau perbuatan. Dalam bentuk perkataan, yaitu tetangga mendengar hal-hal yang membuatnya terganggu dan resah”. Beliau juga berkata: ”Jadi, haram hukumnya mengganggu tetangga dengan segala bentuk gangguan. Jika seseorang melakukannya, maka ia bukan seorang mukmin, dalam artian ia tidak memiliki sifat sebagaimana sifat orang mukmin dalam masalah ini” (Syarh Riyadhis Shalihin, 3/178)
Bahkan mengganggu tetangga termasuk dosa besar karena pelakunya diancam dengan neraka. Ada seorang sahabat berkata yang artinya:
Wahai Rasulullah, si Fulanah sering shalat malam dan puasa. Namun lisannya pernah menyakiti tetangganya. Rasulullah bersabda: ‘Tidak ada kebaikan padanya, ia di neraka’” (HR. Al Hakim dalam Al Mustadrak 7385, dinilai shahih oleh Al Albani dalam Shahih Adabil Mufrad 88)
Sebagaimana Imam Adz Dzahabi memasukan poin ‘mengganggu tetangga’ dalam kitabnya Al Kaba’ir (dosa-dosa besar). Al Mula Ali Al Qari menjelaskan mengapa wanita tersebut dikatakan masuk neraka: “Disebabkan ia mengamalkan amalan sunnah yang boleh ditinggalkan, namun ia malah memberikan gangguan yang hukumnya haram dalam Islam” (Mirqatul Mafatih, 8/3126).


















BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

 Dari berbagai uraian di atas, dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya orang yang mengaku beriman kepada Allah dan hari akhir yaitu orang-orang yang menjaga akhlaknya pada umumnya. Secara khusus, orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir adalah orang yang menghormati tetangganya. Penghormatan ini bukanlah dalam suatu bentuk sanjungan apalagi pengagungan. Namun, penghormatan disini merupakan suatu cara bagaimana etika bertetangga yang baik. Etika tersebut yaitu merupakan cerminan dari keimanan yang dimiliki oleh setiap individu. Dengan begitu dapat diketahui bahwa siapa orang yang dalam bermu’amalat itu baik, maka tingkat keimanannya tinggi. Sebaliknya, orang yang mencerminkan akhlak yang buruk dalam bermu’amalah, maka kadar keimanannya rendah, jadi dapat disimpulkan bahwasanya akhlak merupakan cerminan keimanan seseorang.
Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga itu meliputi dua segi :
a.       Pertama, tidak menggangunya atau menyakitinya, hal ini baik dalam perkataan maupun perbuatan. Tanda-tanda adanya iman dari seseorang dapat dilihat dari bagaimana bermu’amalah, utamanya dengan tetangga. Siapa yang tetangganya tidak merasa aman dari gangguannya, maka itu pertanda bahwa orang tersebut imannya kuat.
b.      Kedua, berbuat hal-hal yang bermanfaat bagi tetangganya, membantu kebutuhannya atau meringankan bebannya dan sebagainya. Bentuk ihsan yang kedua ini sebagaimana hadis yang diriwayatkan oleh Abu Syekh yang artinya sebagai berikut:
·         Jika pinjam kepadamu maka pinjamilah,
·         Jika minta tolong maka tolonglah,
·         Jika sakit kunjungilah,
·         Jika membutuhkan (apa-apa) berilah,
·         Jika fakir bantulah,
·         Jika mendapatkan kesenangan ucapkan selamat padanya,
·         Jika meninggal dunia ikutilah jenazahnya,
·         Janganlah rumahnya engkau tutup dengan bangunanmu sehingga terhalang memperoleh udara kecuali dengan izinnya,
·         Janganlah mengganggunya dengan aroma masakanmu kecuali engkau beri sekedarnya,
·         Dan jika engkau membeli buah-buahan, hadiahilah ia. Jika hal itu tidak engkau lakukan maka bawalah masuk ke dalam rumahmu dengan jalan rahasia an janganlah anakmu membawanya keluar sehingga menyebabkan anak tetangga itu menginginkannya.


Sebenarnya masih banyak lagi perbuatan baik yang dapat dilakukan dalam hidup bertetangga baik bertetangga dengan sesama muslim, maupun dengan non-muslim.






DAFTAR PUSTAKA

An-Nawawi, Imam Abu Zakariya Syarif An, Riyadhus Shalihin, (Beirut: Dar al-Fikri, 1994 M/144 H)
Hajar al-Asqalani, Ibnu,  Fathul Barri, Terj. Amiruddin (Jakarta: Pustaka Azzam, 2009).
Majid Hasyim, Husaini A, Syarah Riyadhus Shalihin, Terj. Mu’ammal Hamidy dan Imron A. Manan (Surabaya: PT. Bina Ilmu, Cet. III, 2006 M)
Muslim, Imam, Shahih Muslim, (Beirut: Dar al-Fikri, 1992 M/1412 H).
Mushthafa Al-Maraghi, Ahmad, Terjemah Tafsir al-Maraghi, (Semarang: CV. Toha Putra, 1992 M)



1 komentar:

  1. Saya juga punya tetangga dan temen yg berhati iblis. Dlu tetangga sering memfitnah dan menjelekin saya di dpan para tetangga saya yg lain shg para tetangga pd benci dan memusuhi saya smpai skrng. Tp memang sih saya yg salah kpd tetangga tp kesalahan saya saya perbuat saat saya msh kecil, saya blm tau aturan agama, saya blm mengerti bnr salah. Tp hal itu dijadikan senjata oleh tetangga utk menghancurkan hdup saya. Temen saya dlu ortu nya cerai, shg hdup nya menderita, saya yg jd sasaran kemarahannya.. Dia membenci dan memusuhi saya puluhan tahun. Klau dia ketemu dg saya, dia sering ngomong sesuatu yg menyakiti hati saya. Klau saya biarkan, dia terus menyakiti saya berulang kali tp klau dilawan, dia merasa disakiti oleh saya. Temen saya yg lain uang nya hbs buat mbok shg tdk bsa beli motor, saya yg jd sasaran kekecewaan dia. Dia membenci dan memusuhi saya. Saat saya minta tolong kpd dia, dia membodohi saya. Temen saya yg lain dia rajin ibadah tp saat saya pngn krja bkan dibntu mlh saya diremehkan, saya dianggap tdk becus bekerja. Saat saya nyari cewe bkan dibntu mlh saya dibodohi, supaya saya gagal dpt cewe. Pdhl dia sdh punya isteri. Tp temen saya spt tdk merasa bersalah kpd saya, dia klau butuh pertolongan, dia dg pede nya minta tolong kpd saya. Ortu dan adik adik saya juga kurang menghargai saya. Ortu anggap saya spt anak kecil, adik adik saya anggap saya tdk berguna. Saat saya ikut jamaah pengajian, saya sering dijahati oleh ustadz. Dia mentang mentang punya mata bathin, watak buruk saya diterawang hbs hbsan shg saya mengundurkan diri dari jamaah. Dlu saya prnh merantau klau krja,sering dijahati temen dan klau nyari cewe sering ditolak cewe shg saya pulang kmpung nganggur dan jomblo berthn thn. Mungkin krn saya agak lemah fisik dan mental shg nasib saya spt ini sering jd sasaran kejahatan org.

    BalasHapus