TUGAS INDIVIDU
Nama Dosen : Mustaqim Muhallim, S.Ag.
AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
MENUNTUT ILMU DALAM ISLAM
DI SUSUN OLEH :
NAMA : YUSRIKA BAHARA
NIM : K 10540 7877 12
KELAS : E
JURUSAN : PGSD S.1 PPKHB
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012/2013
A.
LATAR
BELAKANG
Dari hari ke hari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
semakin canggih, kita seolah diperbudak oleh perkembangan zaman. Tapi tidaklah
selalu demikian, hal ini tergantung kepada sikap dan mental kita untuk lebih
menghadapi dan memahami dampak-dampak dari perkembangan ilmu pengetahuan
tersebut dan mesti menempatkannya untuk hal kebaikan dunia dan akhirat.
Di sinilah bukti bahwa Allah SWT, Pemilik segala ilmu,
menunjukkan kekuasaan-Nya bagi orang-orang berakal dan beriman untuk lebih giat
menuntut ilmu agar manusia mengenal siapa dirinya dan siapa Tuhannya, sehingga
ia menjadi manusia yang bertakwa dan berakhlak mulia.
Menuntut ilmu, dalam ajaran Islam, adalah suatu yang sangat
diwajibkan sekali bagi setiap Muslim, apakah itu menuntut ilmu agama atau ilmu
pengetahuan lainnya. Terkadang orang tidak menyadari betapa pentingnya
kedudukan ilmu dalam kehidupan ini. Namun kebanyakan dari manusia, mereka lebih
mengutamakan harta benda dibanding ilmu yang sebenarnya harta benda itu sendiri
dapat habis dengan sekejap jika ia tak memiki ilmu untuk tetap memeliharanya
sebagai titipan Allah SWT, bahkan dapat menjadi malapetaka bagi pemiliknya.
Sebaliknya dengan ilmu, ia akan bertambah terus yang tidak
pernah habis-habisnya sebagai kunci untuk memperoleh apa yang dicita-citakan
dalam hal duniawi ataupun ukhrawi yang harus direalisasikan dengan usaha dan
mengamalkannya. Menyikapi hal seperti ini, Rasulullah SAW bersabda, "Nabi
Sulaiman disuruh memilih antara harta benda, kerajaan dan ilmu. Maka dia
memilih ilmu, akhirnya dia diberi pula kerajaan dan harta benda."
(H.R. Ad-Dailami). Ini berarti, dengan ilmu segala sesuatu dapat tercapai,
selama ia istiqamah dan ada dalam jalan Allah SWT. Maka dengan ke-istiqamahan
dan ber-amar ma'ruf nahi munkar baik dalam menuntut ilmu ataupun
mengamalkannya, secara otomatis ia akan mampu menjalankan hidup dengan baik
guna tercapainya apa yang dimaksud.
Dalam sebuah hadist Nabi menyatakan, "Barang siapa
yang ingin sukses dalam kehidupan dunianya, hendaklah (dicapai) dengan ilmu,
barang siapa yang ingin selamat di akhirat nanti hendaklah dengan ilmu dan
barang siapa yang ingin sukses dalam menghadapi kedua-duanya (dunia dan
akhirat) maka hendaklah pula dicapai dengan ilmu."
Oleh karena itu diwajibkan bagi kaum Muslim untuk menuntut
ilmu baik ilmu agama yang hukumnya fardhu 'ain, ataupun ilmu-ilmu yang
menyangkut kemaslahatan umum dengan hukum fardhu kifayah. Ilmu adalah suatu
yang sangat mulia, sebab ilmu adalah pemberian Allah SWT bagi manusia yang
menjadi perantara untuk menjadi insan bertakwa.
Disinilah Islam sangat menganjurkan sekali untuk mencari
ilmu di mana pun ilmu itu berada, sebagai kunci untuk membuka segala sesuatu.
Kita mesti sadar bahwa jika seseorang, golongan, atau pun bangsa ingin menjadi
manusia yang berkualitas maka mereka harus mengerti apa hakikat dan kedudukan
dari ilmu pengetahuan itu sendiri yang akan memebentuk dan mengarahkan jiwa dan
akal pikiran. Ilmu adalah sebagai penerang yang mampu mengubah jalan keburukan,
kebodohan yang melahirkan kebijaksanaan dalam berbagai masalah-masalah
kehidupan selama ada dalam koridor- koridor agama.
Adapun pahala menuntut ilmu Rasululllah SAW bersabda, "Orang
yang menuntut ilmu berarti menuntut rahmat; orang yang menuntut ilmu
berarti menjalankan rukun Islam dan pahala yang diberikan kepadanya sama dengan
pahala para nabi." (H.R. Ad-Dailami dari Anas ra).
Sedangkan dalam hadist lain yang diriwayatkan Imam Muslim
ra., "Barangsiapa yang melalui suatu jalan guna mencari ilmu
pengetahuan, niscaya Allah SWT akan memudahkan baginya jalan ke surga."
Maka dalam menuntut ilmu niatkanlah semata-mata mencari keridaan Allah SWT yang
akan dibalas dengan pahala kebaikan untuk dunia dan akhirat.
Secara sederhana kita harus berpikir, bahwa setiap manusia
diberikan jatah umur yang tidak diberi tahu sedikit pun berapa lama kita
bertahan hidup di dunia. Ini berarti kita harus memanfaatkan waktu sebaik
mungkin. Alangkah baiknya kita mengetahui berbagai ilmu, baik ilmu agama
ataupun ilmu pengetahuan lainnya. Mereka adalahgenerasi penerus bangsa kita,
apalah daya nasib bangsa ini apabila anak-anak kita tidak mengenyam pendidikan
bukan menuntut ilmu-ilmu keagamaan sebagai dasar untuk membina jiwa kita, bentengi
dari sifat-sifat tercela.
Banyak orang yang menjadi pintar, siapa pun dan jabatan apa
pun dia, dikarenakan dasar religi kurang mengakar di hatinya yang menjadikan
jauh dari Allah SWT sehingga segala tindakan, aturan, ucapan, tingkah laku dll.
yang seharusnya dilaksanakan dengan baik tapi malah sebaliknya.
Menuntut ilmu tidaklah mengenal masa anak-anak ataupun masa
tua, semakin kita bertambah dewasa bisa jadi akan lebih bijaksana dalam
menangkap ilmu pengetahuan yang diterima hal ini karena diimbangi oleh
pengalaman dan situasi kondisi yang sedang dihadapi.
Perlu diketahui pula bahwa ajaran Islam yang luhur ini
memberikan jalan atau toleransi kepada kaum Muslim dalam perihal menuntut dan
mengamalkan ilmu, sebagaimana Rasulullah SAW bersabda, "Jadilah kamu
seorang pengajar, atau pelajar, atau mendengarkan (ilmu), atau mencintai
(ilmu), dan janganlah kamu menjadi orang yang kelima, kamu pasti menjadi orang
yang celaka." HR. Imam Baihaki. Maksud dari orang kelima di sini
adalah janganlah menjadi orang yang bodoh, yang akan celaka di dunia dan
akhirat kelak, sehingga dapat terjerumuskan kepada hal-hal keburukan.
Oleh karena pentingnya Ilmu itu, terutama Ilmu agama yang
merupakan landasan dalam menentukan sikap maka makalah ini disusun sebagai
salah satu bahan untuk bermuhasabah yang dapat memotivasi diri agar senantiasa
tak berhenti untuk belajar, mengaplikasikan dan mendakwahkan/berbagi ilmu yang
dimiliki.
B. DEFINISI ILMU
Ilmu berasal dari bahasa Arab yaitu (alima, ya’lamu,
‘ilman) yang berarti mengerti, memahami benar-benar.
Ilmu dari segi Istilah ialah Segala pengetahuan atau
kebenaran tentang sesuatu yang datang dari Allah SWT yang diturunkan kepada
Rasul-rasulNya dan alam ciptaanNya termasuk manusia yang memiliki aspek
lahiriah dan batiniah.
Ilmu dalam bahasa Inggris disebut science, sedangkan
pengertian ilmu yang terdapat dalam kamus bahasa Indonesia adalah pengetahuan
tentang suatu bidang yang disusun secara bersistem menurut metode-metode
tertentu, yang dapat digunakan untuk menerangkan gejala gejala tertentu di
bidang (pengetahuan) itu.
Adapun ciri-ciri utama ilmu menurut terminologi, antara lain
adalah:
1. Ilmu adalah sebagian pengetahuan yang bersifat koheren,
empiris, sistematis, dapat diukur dan dibuktikan.
2. Berbeda dengan pengetahuan, ilmu tidak pernah mengartikan
kepingan pengetahuan satu putusan tersendiri, sebaliknya ilmu menandakan
seluruh kesatuan ide yang mengacu ke objek yang sama dan saling berkaitan
secara logis.
3. Ilmu tidak memerlukan kepastian lengkap berkenaan dengan
masing-masing penalaran perorangan, sebab ilmu dapat memuat di dalamnya dirinya
sendiri hipotesis-hipotesis dan teori-teori yang belum sepenuhnya dimantapkan.
4. Yang sering kali berkaitan dengan konsep ilmu adalah ide bahwa
metode-metode yang berhasil dan hasil-hasil yang terbukti pada dasarnya harus
terbuka kepada semua pencari ilmu.
5. Ilmu menuntut pengalaman dan berpikir metodis.
6. Kesatuan setiap ilmu bersumber di dalam kesatuan objeknya.
C. ADAB MENUNTUT ILMU
Menuntut ilmu adalah satu keharusan bagi kita kaum muslimin.
Banyak sekali dalil yang menunjukkan keutamaan ilmu, para penuntut ilmu dan
yang mengajarkannya.
Adab-adab dalam menuntut ilmu yang harus kita ketahui agar
ilmu yang kita tuntut berfaidah bagi kita dan orang yang ada di sekitar kita
sangatlah banyak. Adab- adab tersebut di antaranya adalah:
1. Ikhlas karena Allah
Hendaknya niat kita dalam menuntut ilmu adalah karena Allah
Subhanahu wa Ta’ala dan untuk negeri akhirat. Apabila seseorang menuntut ilmu
hanya untuk mendapatkan gelar agar bisa mendapatkan kedudukan yang tinggi atau
ingin menjadi orang yang terpandang atau niat yang sejenisnya, maka Rasulullah
telah memberi peringatan tentang hal ini dalam sabdanya: "Barangsiapa yang
menuntut ilmu yang pelajari hanya karena Allah Ta’ala sedang ia tidak
menuntutnya kecuali untuk mendapatkan mata-benda dunia, ia tidak akan
mendapatkan bau surga pada hari kiamat". (HR: Ahmad, Abu,Daud dan Ibnu
Majah)
Tetapi kalau ada orang yang mengatakan bahwa saya ingin
mendapatkan syahadah (MA atau Doktor, misalnya ) bukan karena ingin mendapatkan
dunia, tetapi karena sudah menjadi peraturan yang tidak tertulis kalau
seseorang yang memiliki pendidikan yang lebih tinggi, segala ucapannya menjadi
lebih didengarkan orang dalam menyampaikan ilmu atau dalam mengajar. Niat ini -
insya Allah - termasuk niat yang benar.
2. Untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan orang lain.
Semua manusia pada mulanya adalah bodoh. Kita berniat untuk
meng-hilangkan kebodohan dari diri kita, setelah kita menjadi orang yang
memiliki ilmu kita harus mengajarkannya kepada orang lain untuk menghilang
kebodohan dari diri mereka, dan tentu saja mengajarkan kepada orang lain itu
dengan berbagai cara agar orang lain dapat mengambil faidah dari ilmu kita.
Apakah disyaratkan untuk memberi manfaat pada orang lain itu
kita duduk dimasjid dan mengadakan satu pengajian ataukah kita memberi manfa'at
pada orang lain dengan ilmu itu pada setiap saat? Jawaban yang benar adalah yang
kedua; karena Rasulullah bersabda: "Sampaikanlah dariku walaupun cuma
satu ayat” (HR: Bukhari)
Imam Ahmad berkata: Ilmu itu tidak ada bandingannya apabila
niatnya benar. Para muridnya bertanya: Bagaimanakah yang demikian itu? Beliau
menjawab: ia berniat menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dari orang lain.
3. Berniat dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at.
Sudah menjadi keharusan bagi para penuntut ilmu berniat
dalam menuntut ilmu untuk membela syari'at. Karena kedudukan syari'at sama dengan
pedang kalau tidak ada seseorang yang menggunakannya ia tidak berarti apa-apa.
Penuntut ilmu harus membela agamanya dari hal-hal yang menyimpang dari agama
(bid'ah), sebagaimana tuntunan yang diajarkan Rasulullah saw. Hal ini tidak ada
yang bisa melakukannya kecuali orang yang memiliki ilmu yang benar, sesuai
petunjuk Al-Qur'an dan As-Sunnah.
4. Lapang dada dalam menerima perbedaan pendapat.
Apabila ada perbedaan pendapat, hendaknya penuntut ilmu
menerima perbedaan itu dengan lapang dada selama perbedaan itu pada persoalaan
ijtihad, bukan persoalaan aqidah, karena persoalaan aqidah adalah masalah yang
tidak ada perbedaan pendapat di kalangan salaf. Berbeda dalam masalah ijtihad,
perbedaan pendapat telah ada sejak zaman shahabat, bahkan pada masa Rasulullah
saw masih hidup. Karena itu jangan sampai kita menghina atau menjelekkan orang
lain yang kebetulan berbeda pandapat dengan kita.
5. Mengamalkan ilmu yang telah didapatkan.
Termasuk adab yang tepenting bagi para penuntut ilmu adalah mengamalkan
ilmu yang telah diperoleh, karena amal adalah buah dari ilmu, baik itu aqidah,
ibadah, akhlak maupun muamalah. Karena orang yang telah memiliki ilmu adalah
seperti orang memiliki senjata. Ilmu atau senjata (pedang) tidak akan ada
gunanya kecuali diamalkan (digunakan).
Hendaklah para penuntut ilmu mengamalkan ilmunya, baik
berupa aqidah, ibadah, akhlak, adab dan muamalah, karena hal ini adalah
merupakan hasil dan buah dari ilmu itu. Pengemban ilmu itu seperti pembawa
senjata; Bisa berguna dan bisa pula mencelakakan sebagaimana sabda Rasulullah
SAW: “Al Qur’an itu membelamu atau mencelakakanmu.” (HR. Muslim).
Membelamu apabila kamu amalkan dan mencelakakanmu apabila tidak kamu amalkan.
(Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal:32)
Karena keutamaan ilmu itulah ia semakin bertambah dengan
banyaknya nafkah (diamalkan dan diajarkan) dan berkurang apabila kita saying
(tidak diamalkan dan diajarkan) serta yang merusaknya adalah al kitman
(menyembunyikan ilmu). (Hiyah Tholibil Ilmi, Bakr Abu Zaid hal :72).
6. Menghormati para ulama dan memuliakan mereka.
Penuntut ilmu harus selalu lapang dada dalam menerima
perbedaan pendapat yang terjadi di kalangan ulama. Jangan sampai ia mengumpat
atau mencela ulama yang kebetulan keliru di dalam memutuskan suatu masalah.
Mengumpat orang biasa saja sudah termasuk dosa besar, apalagi kalau orang itu
adalah seorang ulama. Ini adalah masalah yang sangat penting, karena sebagian
orang sengaja mencari-cari kesalahan orang lain untuk menjatuhkan mereka dimata
masyarakat. Ini adalah kesalahan terbesar. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal
41).
7. Mencari kebenaran dan sabar.
Termasuk adab yang paling penting bagi kita sebagai seorang
penuntut ilmu adalah mencari kebenaran dari ilmu yang telah didapatkan. Mencari
kebenaran dari berita berita yang sampai kepada kita yang menjadi sumber hukum.
Ketika sampai kepada kita sebuah hadits misalnya, kita harus meneliti lebih
dahulu tentang keshahihan hadits tersebut. Kalau sudah kita temukan bukti bahwa
hadits itu adalah shahih, kita berusaha lagi mencari makna (pengertian) dari
hadits tersebut.
Hendaklah sabar dalam menuntut ilmu, tidak terputus
(ditengah jalan) dan tidak pula bosan, bahkan terus menerus menuntut ilmu
semampunya. Kisah tentang kesabaran salafush shalih dalam menuntut ilmu
sangatlah banyak, sebagaimana diriwayatkan dari Ibnu ‘Abbas radhiallahu anhuma
bahwa beliau ditanya oleh seseorang: “Dengan apa anda bisa mendapatkan ilmu?”
Beliau menjawab: “Dengan lisan yang selalu bertanya dan hati yang selalu
memahami serta badan yang tidak pernah bosan.” (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin
hal:40 dan 61).
Bahkan sebagian dari mereka (salafus shalih) merasakan sakit
yang menyebabkannya tidak bisa bangun dikarenakan tertinggal satu hadits saja.
Sebagaimana terjadi kepada Syu’bah bin al Hajjaj rahimahullah, ia berkata:
“Ketika aku belajar hadits dan tertinggal (satu hadits) maka akupun menjadi
sakit.”
Barangsiapa mengetahui keutamaan ilmu dan merasakan
kelezatannya pastilah ia selalu ingin menambah dan mengupayakannya, ia selalu lapar
(ilmu) dan tidak pernah kenyang sebagaimana sabda Rasulullah SAW: “Ada dua
kelompok manusia yang selalu lapar dan tidak pernah kenyang: orang yang lapar
ilmu tidak pernah kenyang dan orang yang lapar dunia tidak pernah keying pula.”
(HR. Al Hakim dll dengan sanad tsabit) (Hilyah al ‘Alim al Mu’allim, Syaikh
Salim al Hialaliy hal 22- 23)
Abu al ‘Aliyah rahimahullah menuturkan:”Kami mendengar
riwayat (hadits) dari Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam sedang kami berada
di Basrah (Iraq), lalu kamipun tidak puas sehingga kami berangkat ke kota
Madinah agar mendengar dari mulut mereka (para perawinya) secara langsung.”
(‘Audah ila as Sunnah, Syaikh Ali Hasan al Atsariy hal 44).
8. Memegang Teguh Al Kitab dan As Sunnah
Wajib bagi para penuntut ilmu untuk mengambil ilmu dari
sumbernya, yang tidak
mungkin
seseorang sukses bila tidak memulai darinya, yaitu:
a.
Al-Qur’anul Karim; Wajib bagi para
penuntut ilmu untuk berupaya membaca, menghafal, memahami dan mengamalkannya.
b. As Sunnah As Shahihah; Ini adalah sumber kedua syariat Islam
(setelah Al Qur’an) dan penjelas al Qur’an Karim.
c.
Sumber ketiga adalah ucapan para
ulama, janganlah anda menyepelekan ucapan para ulama karena mereka lebih mantap
ilmunya dari anda. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hl :43,44, dan 45)
9. Berupaya Untuk Memahami Maksud Allah dan Rasul-Nya
Termasuk adab terpenting pula adalah masalah pemahaman
tentang maksud Allah
dan juga maksud Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam; Karena banyak orang yang
diberi ilmu namun tidak diberi pemahaman. Tidak cukup hanya menghapal al Qur’an
dan hadits saja tanpa memahaminya, jadi harus dipahami maksud Allah dan Rasul-Nya
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Alangkah banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh
kaum yang berdalil dengan nash-nash yang tidak sesuai dengan maksud Allah dan Rasul-
Nya SAW sehingga timbullah kesesatan karenanya.
dan juga maksud Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi Wassalam; Karena banyak orang yang
diberi ilmu namun tidak diberi pemahaman. Tidak cukup hanya menghapal al Qur’an
dan hadits saja tanpa memahaminya, jadi harus dipahami maksud Allah dan Rasul-Nya
Shalallahu ‘Alaihi Wassalam. Alangkah banyaknya penyimpangan yang dilakukan oleh
kaum yang berdalil dengan nash-nash yang tidak sesuai dengan maksud Allah dan Rasul-
Nya SAW sehingga timbullah kesesatan karenanya.
Kesalahan dalam pemahaman lebih berbahaya dari pada
kesalahan dikarenakan kebodohan. Seorang yang jahil (bodoh) apabila melakukan
kesalahan dikarenakan kebodohannya ia akan segera menyadarinya dan belajar,
adapun seorang yang salah dalam memahami sesuatu ia tidak akan pernah merasa
salah dan bahkan selalu merasa benar. (Kitab al ‘Ilmi, Syaikh Utsaimin hal :52)
Inilah sebagian dari adab yang harus dimiliki oleh para
penuntut ilmu agar menjadi suri tauladan yang baik dan mendapatkan kesuksesan
di dunia dan di akhirat, amien.
D.
DALIL
TENTANG ILMU
Dalam Al-Qur'an banyak sekali dalil yang tentang keutamaan
menuntut ilmu ini menunjukkan bahwa menuntut ilmu merupakan kewajiban bagi umat
manusia sejak lahir sampai mati.
"Allah akan mengangkat orang-orang yang beriman yang
mempunyai ilmu
diantara
kamu dengan beberapa derajat".
(QS.Al-Mujadallah : 11)
Dari ayat diatas jelaslah bahwasanya orang yang memeliki
ilmu derajatnya lebih tinggi dibandingkan dengan orang-orang yang tidak
berilmu, kita sebagai kaum muslimin juga tahu bahwasanya manusia diangkat
sebagai kholifah dimuka bumi ini dikarena dikarenakan pengetahuannya bukan
karena bentuknya ataupun asal kejadiannya Sementara itu dalam surat lain Allah
berfirman "Katakanlah : "Samakah orang-orang yang berilmu dan
orang-orang yang tidak berilmu" (QS, Az-Zumar : 9), jelas menyuruh manusia
itu untuk berfikir apakah kira-kira manusia yang berilmu dengan manusia yang
tidak berilmu itu sama.
Dengan demikian jelaslah bahwa Islam sangat memuliakan
orang-orang yang berilmu bahkan menganggap orang yang berilmu itu sebagai
penerus Rosul, apa yang disampaikannya akan menjadi penerang jalan yang lurus,
amalan orang yang berilmu sama dengan amalan jihad.
Imam Al-Ghazali mengatakan : "Allah mengangkat derajat
orang-orang dengan ilmu, lalu menjadikan mereka kebaikan sebagai pemimpin dan
pepberi petunjuk yang diikuti, petuntuk dalam kebaikan, jejak mereka mereka
diikuti dan perbuatan mereka diamalkan.
Para malaikat ingin menghiasi mereka dan mengusap mereka
dengan sayap- sayapnya. Setiap yang basah dan yang kering bertasbih bagi mereka
dan memohon ampun bagi mereka, bahkan ikan-ikan dilaut dan binatang-binatang,
hewan-hewan buas dan ternak-ternak didaratan serta bintang-bintang dilangit.
Karena Ilmu menghidupkan hati dan menerangi pandangan yang gelap serta
menguatkan yang lemah. Dengan Ilmu hamba mencapai kedudukan orang-orang yang
salih.
Rasulullah SAW, ”Sesungguhnya para nabi tidak mewariskan
dinar atau dirham, yang mereka wariskan adalah al-ilmu . Barang siapa yang
mengambil warisan tersebut, maka ia telah mendapatkan sesuatu yang besar” (
H.R Abu Dawud dan At Tirmdzi)
Perkataan Rasulullah SAW, “ Kalian lebih tau tentang
urusan dunia kalian” (H.R Muslim)
Ilmu lainnya seperti ilmu fisika, kimia, akuntansi dst tetap
memiliki faidah jika
memenuhi
batasan berikut:
-
Menolong dalam ketaatan kepada Allah
Azza wa jalla dan menyebarkan agama islam.
-
Terkadang hukumnya menjadi wajib,
ketika mempelajarinya termasuk persiapan yang Allah perintahkan dalam
firmannya: (dan siapkanlah untuk menghadapi mereka kekuatan apa saja yang
kamu sanggupi dan dari kuda-kuda yang ditambat untuk berperang (yang dengan
persiapan itu) kamu menggentarkan musuh Allah dan musuhmu dan orang orang
selain mereka yang kamu tidak mengetahuinya; sedang Allah mengetahuinya. apa
saja yang kamu nafkahkan pada jalan Allah niscaya akan dibalasi dengan cukup
kepadamu dan kamu tidak akan dianiaya (dirugikan)). (QS. Al-Anfaal: 60)
E.
KEUTAMAAN
MENUNTUT ILMU
Ilmu merupakan sandi terpenting dari hikmah. Sebab itu,
Allah memerintahkan manusia agar mencari ilmu atau berilmu sebelum berkata dan
beramal. Firman Allah: (Maka ketahuilah bahwa sesungguhnya tidak ada Illah
selain Allah, dan mohonlah ampunan bagi dosamu serta bagi (dosa) orang-orang
mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan
tempat tinggalmu). (QS. Muhammad: 19).
Ilmu sebelum berkata dan beramal. Sufyan bin Uyainah
berkata: manusia paling bodoh adalah yang membiarkan kebodohannya, manusia
paling pandai adalah yang mengandalkan ilmunya, sedangkan manusia paling utama
adalah yang takut kepada Allah.
Ibnu Taimiyah mengatakan: bahwa ilmu yang terpuji,
sebagaimana yang dinyatakan dalam Al-Qur'an dan As Sunnah, ilmu yang diwariskan
para nabi. Rasulullah bersabda: "Sesungguhnya para Nabi tidak
mewariskan dirham dan dinar, tetapi mereka
mewariskan
ilmu. Maka barang siapa mengambilnya, ia sangat beruntung”. (HR Abu
Daud,
Tirmidzi, dan Ibnu Majah)
Ibnu Taimiyah membagi ilmu yang bermanfaat, menjadi tiga
bagian, yaitu:
1.
Ilmu tentang Allah, nama-nama-Nya,
sifat-sifat-Nya, dan lain-lain, seperti yang disebutkan adalah Al-Qur'an surat
Al-Ikhlas.
2.
Ilmu tentang persoalan-persoalan
masa lalu yang dikabarkan Allah; persoalan-persoalan masa kini, dan
persoalan-persoalan masa mendatang, seperti yang dikabarkan dalam Al-Qur'an,
yaitu ayat-ayat tentang kisah-kisah, janji-janji, ancaman, surga, neraka, dam
sebagainya.
3.
ilmu tentang perintah Allah yang
berhubungan dengan hati dan anggota badan, seperti iman kepada Allah melalui
pengenalan hati serta amaliah anggota badan. Pemahaman ini bersumber pada
pengetahuan dasar-dasar iman dan kaidah-kaidah islam.
Pemahaman akan Ilmu. Banyak orang yang masih keliru memahami
masalah ilmu. Mereka memahami Al-Qur'an dan As Sunnah hanya sebatas verbalitas
semata, dan tidak memahami hakekat yang terkandung didalamnya. Betapa banyak
orang yang hafal ayat Al- Qur'an, namun tidak memahami isinya. Perbuatan
seperti ini tentu saja bukan termasuk perbuatan orang-orang beriman, "Perumpamaan
orang yang beriman membaca Al Qur'an seperti jeruk sitrun yang baunya wangi dan
rasanya manis. Perumpamaan orang beriman yang tidak membaca Al-Qur'an seperti
kurma yang tidak berbau dan rasanya manis. Perumpamaan orang munafik yang
membaca Al- Qur'an seperti sekuntum bunga yang baunya wangi, tetapi rasanya
pahit. Dan perumpamaan orang munafik yang tidak membaca Al-Qur'an seperti labu
yang tidak berbau dan rasanya pahit". (HR Bukhari dan Muslim)
Ilmu dan Amal Perbuatan yang Sesuai Ilmu yang sempurna
adalah ilmu yang diendapkan dalam hati, kemudian diamalkan. Inilah yang juga disebut
ilmu bermanfaat, yang nerupakan sandi terpenting dari hikmah. Ilmu ini akan
memberikan kebaikan kepada pemiliknya, sedangkan ilmu tanpa amal akan menghujat
pemiliknya pada hari kiamat. Oleh karena itu, Allah memperingatkan kaum beriman
yang hanya bisa berbicara tetapi tidak melakukan apa-apa. (Hai orang-orang
yang beriman, mengapa kamu mengatakan apa yang kamu tidak perbuat? Amat besar
kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa yang tiada kamu kerjakan).
(QS.Ash Shaf: 2 - 3)
Menyebarkan Ilmu; Allah juga memperingatkan kita agar tidak
meyembunyikan ilmu. Kita diperintahkan untuk menyampaikan ilmu yang merupakan
karunia Allah itu sebatas kemampuan kita. Allah tidak memaksakan seseorang
kecuali dalam batas kemampuannya. (Sesungguhnya orang-orang yang
menyembunyikan apa yang telah Kami turunkan, berupa keterangan-keterangan (yang
jelas) dan petunjuk, setelah kami menerangkannya kepada manusia dalam Al Kitab,
mereka itu dilaknati Allah dan dilaknati (pula) oleh semua (makhluk) yang dapat
melaknati). (QS. Al Baqarah: 159).
Simak
pula perkataan seorang penyair: Jika ilmu tidak kau amalkan, ia akan menjadi
bukti atasmu. Dan kamu beralasan jika kamu tidak mengetahuinya. Kalau kamu
memperoleh ilmu Sesungguhnya, setiap perkataan seseorang akan dibenarkan oleh perbuatannya.
Ilmu
memiliki banyak keutamaan, di antaranya:
1. Ilmu adalah amalan yang tidak terputus pahalanya sebagaimana
dalam hadits: ”jika manusia meninggal maka terputuslah amalnya, kecuali tiga
perkara: shodaqoh jariahnya, ilmu yang bermanfaat dan anak yang sholeh yang
mendoakan kedua orang tuanya.” (HR Bukhori dan Muslim)
2. Menjadi saksi terhadap kebenaran sebagaimana dalam firman
Allah SWT: (Allah menyatakan bahwasanya tidak ada ilah yang berhak disembah
kecuali dia. Yang menegakkan keadilan. para malaikat dan orang berilmu (juga
menyatakan yang demikian itu). (QS. Ali Imran 18)
3. Allah memerintahkan kepada nabinya Muhammad SAW untuk
meminta ditambahkan ilmu sebagaimana dalam firman Allah, (... dan
katakanlah: Ya Rabb ku, tambahkanlah kepadaku ilmu) (QS.Thahaa 114)
4. Allah mengangkat derajat orang yang berilmu. Sebagaimana
firman Allah, (... Allah mengangkat orang beriman dan memiliki ilmu diantara
kalian beberapa derajat dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”(QS.
Mujadilah 11)
5. Orang berilmu adalah orang yang takut Allah SWT, sebagaimana
dalam firmannya: (.... sesungguhnya yang takut kepada Allah diantara
hambanya hanyalah orang-orangyang berilmu). (QS. Fathir 25).
6. Ilmu adalah anugerah Allah yang sangat besar, sebagaimana
firmanNya: (Allah menganugerahkan al-hikmah (kefahaman yang dalam tentang
Al-Quran dan As-Sunnah) kepada siapa yang dikehendaki-Nya. Dan barangsiapa yang
dianugerahi hikmah, ia benar-benar telah dianugerahi karunia yang banyak. Dan
hanya orang-orang yang berakallah yang dapat mengambil pelajaran (dari firman
Allah)). ( QS. Al-Baqarah 269)
7. Ilmu merupakan tanda kebaikan Allah kepada seseorang ”Barang
siapa yang Allah menghendaki kebaikan padanya, maka Allah akan membuat dia
paham dalam agama” (HR Bukhari dan Muslim).
8. Menuntut ilmu merupakan jalan menuju surga, ”Barang siapa
yang menempuh suatu jalan dalam rangka menuntut ilmu maka Allah akan memudahkan
baginya jalan menuju surga” (HR Muslim)
9. Diperbolehkannya ”hasad” kepada ahli ilmu,”Tidak hasad
kecuali dalam dua hal, yaitu terhadap orang yang Allah beri harta dan ia
menggunakannya dalam kebenaran dan orang yang Allah beri hikmah lalu ia
mengamalkannya dan mengajarkannya” (HR Bukhari )
10. Malaikat akan membentangkan sayap terhadap penuntut ilmu,”Sesungguhnya
para malaikat benar-benar membentangkan sayapnya karena ridho atas apa yang
dicarinya” ( HR. Ahmad dan Ibnu majah )
F.
HUKUM
MENUNTUT ILMU
Diriwayatkan oleh Ibnu Majah dari Anas bin Malik dari Nabi
SAW bersabda:”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap muslim.”
Tidak ada komentar:
Posting Komentar