TUGAS INDIVIDU
Nama Dosen : Mustaqim Muhallim, S.Ag.
AL-ISLAM DAN KEMUHAMMADIYAHAN
MEMBINA KELUARGA SAKINAH
DI SUSUN OLEH :
NAMA : YUSRIKA BAHARA
NIM : K 10540 7877 12
KELAS : E
JURUSAN : PGSD S.1 PPKHB
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH MAKASSAR
2012/2013
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah
SWT yang senantiasa melimpahkan rahmat serta taufik-Nya. Salawat dan salam
semoga terlimpahkan kepada junjungan kita Nabi besar Muhammad SAW yang menjadi
suri tauladan dalam kehidupan kita sehari-hari.
Pada kesempatan ini penulis akan membuat suatu makalah yang berjudul “ MEMBINA KELUARGA SAKINAH”.
Pada kesempatan ini penulis akan membuat suatu makalah yang berjudul “ MEMBINA KELUARGA SAKINAH”.
Penulis menyadari dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan, baik ilmu pengetahuan maupun ketentuan-ketentuan dalam
pembuatannya. Semua ini masih jauh dari sempurna dan kebenarannya. Untuk itu
penulis sangat mengharapkan tanggapan, kritik dan saran dalam penyempurnaan penulisan
ini.
Akhirnya penulis berharap semoga Makalah ini dapat
bermanfaat bagi yang membacanya. Amin.
Makassar, Agustus 2013
BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
Membangun sebuah keluarga sakinah adalah suatu proses.
Keluarga sakinah bukan berarti keluarga yang diam tanpa masalah. Namun lebih
kepada ada keterampilan untuk manajemen konflik.
Kehidupan rumah tangga adalah dalam konteks menegakkan
syariat Islam, menuju ridho Allah Swt. Suami dan istri harus saling melengkapi
dan bekerja sama dalam membangun rumah tangga yang harmonis menuju derajat
takwa. Allah SWT berfirman: “Dan orang-orang beriman, lelaki dan perempuan,
sebagian mereka (adalah) menjadi penolong sebahagian yang lain. Mereka menyuruh
(mengerjakan) yang ma’ruf, mencegah dari yang mungkar, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, dan mereka taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Mereka akan
diberi rahmat oleh Allah; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.”
(Qs.At-Taubah:71).
Menurut pendapat Al-Ustadzah Ummu Ishaq Zulfa Husein
Al-Atsariyyah, sedikit sekali rumah tangga yang selamat dari lilitan
perselisihan di antara anggotanya khususnya di antara suami istri. Karena yang
namanya berumah tangga membangun hidup berkeluarga dalam perjalanannya pasti
akan menjumpai berbagai permasalahan kecil ataupun besar, sedikit ataupun
banyak. Permasalahan yang muncul ini dapat memicu perselisihan dalam rumah
tangga yang bisa jadi berujung dengan pertengkaran kemarahan dan keributan yang
tiada bertepi atau berakhir,dengan damai
saling mengerti dan saling memaafkan.
BAB II
PEMBAHASAN
PEMBAHASAN
I. Nas-nas Alquran dan Hadits:
1. Allah Taala berfirman: “ yang
bermaksud: Dan gaulilah mereka (isteri-isterimu) dengan cara sebaik-baiknya”.
(An.Nisa : 19).
2. Dan Allah berfirman lagi : “ Dan
para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajiban menurut cara yang baik
akan tetapi para suami mempunyai satu tingkatan kelebihan atas isterinya”. (Al.
Baqarah : 228)
3. Diceritakan dari Nabi SAW bahwa
baginda bersabda pada waktu haji widak (perpisahan) setelah baginda memuji
Allah dan menyanjung-Nya serta menasehati para hadirin yang maksudnya:
'Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteri-isteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sandirian di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isterimu dan sesungguhnya isteri-isterimu itu mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap dirimu. Kemudian kewajiban isteri isteri terhadap dirimu ialah mereka tidak boleh mengijinkan masuk ke rumahmu orang yang kamu benci. Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayani mereka dengan baik dalam soal pakaian dan makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
'Ingatlah (hai kaumku), terimalah pesanku untuk berbuat baik kepada para isteri, isteri-isteri itu hanyalah dapat diumpamakan kawanmu yang berada di sampingmu, kamu tidak dapat memiliki apa-apa dari mereka selain berbuat baik, kecuali kalau isteri-isteri itu melakukan perbuatan yang keji yang jelas (membangkang atau tidak taat) maka tinggalkanlah mereka sandirian di tempat tidur dan pukullah mereka dengan pukulan yang tidak melukai. Kalau isteri isteri itu taat kepadamu maka janganlah kamu mencari jalan untuk menyusahkan mereka.
Ingatlah! Sesungguhnya kamu mempunyai kewajiban terhadap isteri-isterimu dan sesungguhnya isteri-isterimu itu mempunyai kewajiban-kewajiban terhadap dirimu. Kemudian kewajiban isteri isteri terhadap dirimu ialah mereka tidak boleh mengijinkan masuk ke rumahmu orang yang kamu benci. Ingatlah! Kewajiban terhadap mereka ialah bahwa kamu melayani mereka dengan baik dalam soal pakaian dan makanan mereka.
(Riwayat Tarmizi dan Ibnu Majah)
4. Rasulullah Saw bersabda : “ "Kewajiban
seorang suami terhadap isterinya ialah suami harus memberi makan kepadanya jika
ia makan dan memberi pakaian kepadanya jika ia berpakaian dan tidak boleh
memukul mukanya dan tidak boleh memperolokkan dia dan juga tidak boleh
meninggalkannya kecuali dalam tempat tidur (ketika isteri membangkang)."
(Riwayat Abu Daud)
5. Nabi Saw bersabda : “ Siapa saja
seorang laki-laki yang menikahi perempuan dengan mas kawin sedikit atau banyak
sedangkan dalam hatinya ia berniat untuk tidak memberikan hak perempuan
tersebut (mas kawinnya) kepadanya. maka ia telah menipunya, kemudian jika ia
meninggal dunia, sedang ia belum memberi hak perempuan tadi kepadanya maka ia
akan menjumpai Allah pada hari Kiamat nanti dalam keadaan berzina."
6. Nabi Saw bersabda :"Sesungguhnya
yang termasuk golongan mukmin yang paling sempuma imannya ialah mereka yang
baik budi pekertinya dan mereka yang lebih halus dalam mempergauli keluarganya
(isteri anak-anak dan kaum kerabatnya). "
7. Nabi Saw bersabda : "Orang-orang
yang terbaik dan kamu sekalian ialah mereka yang lebih baik dan kamu dalam
mempergauli keluarganya dan saya adalah orang yang terbaik dari kamu sekalian
dalam mempergauli keluargaku." (Riwayat lbnu Asakir)
- Diceritakan dari Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang
bermaksud:
"Barang siapa yang sabar atas budi pekerti isterinya yang buruk, maka Allah memberinya pahala sama dengan pahala yang dibenkan kepada Nabi Ayub a.s karena sabar atas cobaan-Nya." ( Cobaan ke pada Nabi Ayub ada empat hal: Habis harta bendanya., Meninggal dunia semua anaknya.,Hancur badannya., Dijauhi oleh manusia kecuali isterinya benama Rahmah )
" Dan seorang isteri yang sabar atas budi pekerti suaminya yang buruk akan diberi oleh Allah pahala sama dengan pahala Asiah isteri Firaun". - Al. Habib Abdullah Al. Haddad berkata : "seorang
laki-laki yang sempurna adalah dia yang mempermudah dalam
kewajiban-kewajiban kepadanya dan tidak mempermudah dalam
kewajiban-kewajibannya kepada Allah. Dan seorang laki-laki yang kurang
ialah dia yang bersifatsebaliknya."
Maksud dan penjelasan ini ialah seorang suami yang bersikap sudi memaafkan jika isterinya tidak menghias dirinya dan tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi ia bersikap tegas jika isterinya tidak melakukan sholat atau puasa dan lain-lain, itulah suami yang sempurna. Dan seorang suami yang bersikap keras jika isterinya tidak menghias dirinya atau tidak melayaninya dengan sempurna dan lain-lain tetapi bersikap acuh tak acuh (dingin) jika isteri meninggalkan kewajiban-kewajiban kepada Allah seperti sholat, puasa dan lain-lain, dia seorang suami yang kurang. - Dianjurkan bagi seorang suami memperhatikan isterinya (dan mengingatkannya dengan nada yang lembut/halus) dan menafkahinya sesuai kemampuannya dan berlaku tabah (jika disakiti oleh isterinya) dan bersikap halus kepadanya dan mengarahkannya ke jalan yang baik dan mengajamya hukum-hukum agama yang perlu diketahui olehnya seperti bersuci, haid dan ibadah-ibadah yang wajib atau yang sunat.
- Allah Taala berfirman : “ Hai orang-orang yang beriman! Jagalah dirimu dan ahli keluargamu dari api neraka. (Q.S : At.Tahrim : 6).
- Ibnu Abbas berkata : “ Berilah pengetahuan agama kepada mereka dan berilah pelajaran budi pekerti yang bagus kepada mereka”.
Dan Ibnu Umar dari Nabi SAW bahwa
baginda bersabda: 'Tiap-tiap kamu adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas
yang dipimpinnya. Seorang imam yang memimpin manusia adalah pemimpin dan ia
bertanggung jawab at,is rakyatnya. Seorang suami adalah pemimpin dalam
mengurusi ahli keluarganya. Ia bertanggung jawab atas yang dipimpinnya. Seorang
isteri adalah pemimpin dalam rumah tangganya dan bertanggung jawab alas
keluarganya. Seorang hamba adalah pemimpin dalam mengurus harta tuannya, ia
bertanggung jawab atas peliharaannya. Seorang laki-laki itu adalah pemimpin
dalam mengurusi harta ayahnya, ia bertanggung jawab atas peliharaannya. Jadi
setiap kamu sekalian adalah pemimpin dan setiap kamu harus bertanggung jawab
alas yang dipimpinnya." (Muttallaq 'alai )
- Nabi SAW bersabda yang bermaksud: "Takutlah kepada Allah dalam memimpin isteri-istrimu , karena sesungguhnya mereka adalah amanah yang berada disampingmu, barangsiapa tidak memerintahkan sholat kepada isterinya dan tidak mengajarkan agama kepadanya, maka ia telah berkhianat kepada Allah dan Rasul-Nya."
- Allah Taala berfirman : "Perintahkanlah keluargamu agar melakukan sholat." (Thaha:132)
- Diceritakan dan Nabi SAW bahwa baginda bersabda yang bernaksud: "Tidak ada seseorang yang menjumpai Allah swt dengan membawa dosa yang lebih besar daripada seorang suami yang tidak sanggup mendidik keluarganya."
II. Kisah Keteladanan Rasulullah Dalam Membina Rumah Tangga
Di bawah naungan rumah tangga yang
bersahaja di situlah tinggal sang istri, pahlawan di balik layar pembawa ketenangan dan kesejukan.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “ Dunia itu penuh dengan
kenikmatan. Dan sebaik-baik kenikmatan dunia adalah istri yang shalihah”.
(Lihat Shahih Jami’ Shaghir karya Al-Albani).
Di antara keelokan budi pekerti
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan keharmonisan rumah tangga beliau
ialah memanggil ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha dengan nama kesayangan dan
mengabarkan kepadanya berita yang membuat jiwa serasa melayang-layang.
Aisyah radhiyallah ‘anha menuturkan,
“Pada suatu hari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata kepadanya,
‘Wahai ‘Aisy (panggilan kesayangan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha), Malaikat Jibril
‘alaihissalam tadi menyampaikan salam buatmu.” (Muttafaq ‘alaih)
Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam selaku Nabi umat
ini yang paling sempurna akhlaknya dan paling tinggi derajatnya telah
memberikan sebuah contoh yang berharga dalam hal berlaku baik kepada sang istri
dan dalam hal kerendahan hati, serta dalam hal mengetahui keinginan dan
kecemburuan wanita. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam menempatkan mereka pada
kedudukan yang diidam-idamkan oleh seluruh kaum hawa. Yaitu menjadi seorang
istri yang memiliki kedudukan terhormat di samping suaminya.
Aisyah radhiyallahu ‘anha
menuturkan, “Suatu ketika aku minum, dan aku sedang haidh, lantas aku
memberikan gelasku kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dan beliau
meminumnya dari mulut gelas tempat aku minum. Dalam kesempatan lain aku memakan
sepotong daging, lantas beliau mengambil potongan daging itu dan memakannya
tepat di tempat aku memakannya.” (HR. Muslim)
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
tidaklah seperti yang diduga oleh kaum munafikin atau seperti yang dituduhkan
kaum orientalis dengan tuduhan-tuduhan palsu dan pengakuan-pengakuan bathil.
Bahkan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam lebih memilih etika berumah tangga
yang paling elok dan sederhana.
Diriwayatkan oleh ‘Aisyah
radhiyallahu ‘anha bahwa ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
pernah mencium salah seorang istri beliau, kemudian berangkat menunaikan shalat
tanpa memperbaharui wudhu’.” (HR. Abu Daud dan Tirmidzi)
Dalam berbagai kesempatan, beliau
selalu menjelaskan dengan gamblang tingginya kedudukan kaum wanita di sisi
beliau. Mereka kaum hawa memiliki kedudukan yang agung dan derajat yang tinggi.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menjawab pertanyaan ‘Amr bin
Al-’Ash radhiyallah ‘anhu seputar masalah ini, beliau jelaskan kepadanya bahwa
mencintai istri bukanlah suatu hal yang tabu bagi seorang lelaki yang normal.
Amr bin Al-’Ash radhiyallahu ‘anhu
pernah bertanya kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Siapakah orang
yang paling engkau cintai?” beliau menjawab, “‘Aisyah!” (Muttafaq ‘alaih)
Barangsiapa yang mengidamkan
kebahagiaan rumah tangga, hendaklah ia memperhatikan kisah- kisah ‘Aisyah radhiyallah ‘anha bersama Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Bagaimana kiat-kiat Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
membahagiakan ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha.
Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha ia berkata, “Aku biasa mandi
berdua bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dari satu bejana.” (HR.
Al-Bukhari)
Rasulullah tidak melewatkan
kesempatan sedikit pun kecuali beliau manfaatkan untuk membahagiakan dan
menyenangkan istri melalui hal-hal yang dibolehkan.
Aisyah radhiyallah ‘anha mengisahkan,
Pada suatu ketika aku ikut bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam dalam sebuah lawatan. Pada waktu itu
aku masih seorang gadis yang ramping. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam
memerintahkan rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Mereka pun berangkat
mendahului kami. Kemudian beliau berkata kepadaku, “Kemarilah! sekarang kita
berlomba lari.” Aku pun meladeninya dan akhirnya aku dapat mengungguli beliau.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hanya diam saja atas keunggulanku tadi.
Hingga pada kesempatan lain, ketika aku sudah agak gemuk, aku ikut bersama
beliau dalam sebuah lawatan. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam memerintahkan
rombongan agar bergerak terlebih dahulu. Kemudian beliau menantangku berlomba
kembali. Dan akhirnya beliau dapat mengungguliku. Beliau tertawa seraya
berkata, “Inilah penebus kekalahan yang lalu!” (HR. Ahmad)
Sungguh! merupakan sebuah bentuk
permainan yang sangat lembut dan sebuah perhatian yang sangat besar. Beliau
perintahkan rombongan untuk berangkat terlebih dahulu agar beliau dapat
menghibur hati sang istri dengan mengajaknya berlomba lari. Kemudian beliau
memadukan permainan yang lalu dengan yang baru, beliau berkata, “Inilah penebus
kekalahan yang lalu!”
Bagi mereka yang sering bepergian
melanglang buana serta memperhatikan keadaan orang-orang yang terpandang pada
tiap-tiap kaum, pasti akan takjub terhadap perbuatan Rasulullah shallallahu
‘alaihi wasallam. Beliau adalah seorang Nabi yang mulia, pemimpin yang selalu berjaya,
keturunan terhormat suku Quraisy dan Bani Hasyim. Pada saat-saat kejayaan,
beliau kembali dari sebuah peperangan dengan membawa kemenangan bersama
rombongan pasukan besar. Meskipun demikian, beliau tetap seorang yang penuh
kasih sayang dan rendah hati terhadap istri-istri beliau para Ummahaatul
Mukiminin radhiyallah ‘anhun. Kedudukan beliau sebagai pemimpin pasukan,
perjalanan panjang yang ditempuh, serta kemenangan demi kemenangan yang diraih
di medan pertempuran, tidak membuat beliau lupa bahwa beliau didampingi para
istri-istri kaum hawa yang lemah yang sangat membutuhkan sentuhan lembut dan
bisikan manja. Agar dapat menghapus beban berat perjalanan yang sangat
meletihkan.
Diriwayatkan oleh Imam Bukhari bahwa ketika Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam kembali dari peperangan Khaibar, beliau menikahi Shafiyyah binti
Huyaiy radhiyallahu ‘anha. Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam mengulurkan
tirai di dekat unta yang akan ditunggangi untuk melindungi Shafiyyah
radhiyallah ‘anha dari pandangan orang. Kemudian beliau duduk bertumpu pada
lutut di sisi unta tersebut, beliau persilakan Shafiyyah radhiyallah ‘anha
untuk naik ke atas unta dengan bertumpu pada lutut beliau.
Pemandangan seperti ini memberikan
kesan begitu mendalam yang menunjukkan ketawadhu’an beliau. Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam selaku pemimpin yang berjaya dan seorang Nabi yang
diutus- memberikan teladan kepada umatnya bahwa bersikap tawadhu’ kepada istri,
mempersilakan lutut beliau sebagai tumpuan, membantu pekerjaan rumah,
membahagiakan istri, sama sekali tidak mengurangi derajat dan kedudukan beliau.
III. Tips Membina Rumah Tangga Sakinah Mawadah Warahmah
1. Berdzikir
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya):
"Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang." (Ar Ra'd:28)
Ketahuilah, dengan berdzikir dan memperbanyak dzikir kepada Allah, maka seseorang akan memperoleh ketenangan dalam hidup (sakinah). Allah subhanahu wata'ala berfirman (artinya):
"Ketahuilah, dengan berdzikir kepada Allah, (maka) hati (jiwa) akan (menjadi) tenang." (Ar Ra'd:28)
2. Baik dzikir dengan makna khusus,
yaitu dengan melafazkan dzikir-dzkir tertentu yang telah disyariatkan. Misalnya
: أَسْتَغْفِرُال
dan lain-lain, maupun dzikir dengan
makna umum, yaitu mengingat, sehingga mencakup/meliputi segala jenis ibadah
atau kekuatan yang dilakukan seorang hamba dalam rangka mengingat Allah
subhanahu wata'ala, seperti sholat, shoum (puasa), shodaqoh, dan lain-lain.
3. Menurut ilmu aga Rasulullah
Shalallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda :
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ.
"Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata'ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan)." (Muttafaqun 'alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah
مَا اجْتَمَعَ قَوْمٌ فِي بَيْتٍ مِنْ بُيُوتِ اللهِ يَتْلُونَ كِتَابَ اللهِ وَيَتَدَارَسُونَهُ بَيْنَهُمْ إِلاَّ نَزَلَتْ عَلَيْهِمُ السَّكِيْنَةُ.
"Tidaklah berkumpul suatu kaum/kelompok disalah satu rumah dari rumah-rumah Allah (masjid), (yang mana) mereka membaca Al Qur`an dan mengkajinya diantara mereka, kecuali akan turun (dari sisi Allah subhanahu wata'ala) kepada mereka as sakinah (ketenangan)." (Muttafaqun 'alaihi. Hadits shohih, dari shahabat Abu Hurairah radhiallahu 'anhu)
Dalam hadits diatas, Rasulullah shalallahu 'alaihi wasallam memberikan kabar gembira bagi mereka yang mempelajari Al Qur`an (ilmu agama), baik dengan mempelajari cara membaca maupun dengan membaca sekaligus mengaji makna serta tafsirnya, yaitu bahwasanya Allah
akan menurunkan as sakinah (ketenangan jiwa)
pada mereka.
IV.
Peran Suami dan Isteri dalam Rumah Tangga
Pemilihan
isteri dengan baik tidaklah melepaskan kita dari tanggung jawab terhadapnya
setelah kita menikah. Malahan tanggung jawab utama dimulai “right at the first
moment” setelah pernikahan, beberapa tanggung jawab itu diantaranya :
1. Kita harus selalu bersikap baik
terhadap isteri dan bergaul degannya dengann pergaulan dengan mesra. Dengann
cara ini diharapkan akan tumbuh rasa saling percaya di antara kita dan pasangan
hidup kita. Sabda Rasulullah SAW "Orang dengan terbaik diantara kalian
adalah orang dengan paling berlaku baik terhadap isterinya dan akulah dengan
terbaik (diantara kalian) terhadap keluargaku." (HR.
Tirmidzi)
Kita juga harus melaksanakan sabda Rasulullah SAW:
"Mukmin dengan paling sempurna imannya adalah mukmin dengan paling baik
akhlaknya dan mukmin dengan paling lemah lembut terhadap isterinya." (HR.
Tirmidzi)
2. Hubungan kita dengan isteri tidaklah
terbatas pada hubungan syahwat saja. Hubungan kita dengann isteri seharusnya
boleh mewujudkan kesamaan pemahaman. Pasangan Muslim seharusnya spend time
untuk bersama-sama membaca, beribadah, mengurusi pekerjaan rumah tangga, dan
bercengkrama (bersenda gurau). Dalam masalah ibadah Allah telah berfirman
dengan bermaksud "Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan solat
dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu,
Kamilah dengan memberi rezki kepadamu. Dan akibat dengan baik itu adalah
orang-orang dengan bertidakwa."(QS.20: 132)
"Dan ia menyuruh ahlinya untuk bersembahyang dan
menunaikan zakat, dan ia adalah seorang dengan diredhai di sisi Tuhannya."
(QS19:55) Dalam hal hubungan dengan mesra dengann isteri, kita tahu bahwa
Rasulullah s.a.w. biasa mengajak isteri beliau, Aisha r.a, untuk berlumba lari
Rasulullah s.a.w pun biasa mengerjakan pekerjaan-pekerjaan rumah (membantu
meringankan isteri beliau), bahkan dengan menjahit sepatu.
3. Hubungan kita dengan isteri haruslah
dalam batas syariah Islam. Kita tidak boleh melanggar syariah Islam,
menjatuhkan nama Islam, atau melanggar hal-hal dengan diharamkan oleh Allah.
Sabda Rasulullah s.a.w."Celakalah lelaki dengan menjadi hamba istrinya."
(Al-Firdausi) “Sesungguhnya, keberhasilan dalam memilih pasangan dengan
soleh/solehah dan keberhasilan dalam pernikahan sesuai dengann Islam akan
banyak menolong dalam usaha-usaha mendidik anak dengann tarbiyah Islamiyah
dengan diharapkan.
Kegagalan dalam membina rumah tangga menurut cara dengan Islami dan kesalahan memilih pasangan hidup boleh menyebabkan keruntuhan dan berlakunya keburukan dengan menguasai keluarga secara keseluruhan.
Kegagalan dalam membina rumah tangga menurut cara dengan Islami dan kesalahan memilih pasangan hidup boleh menyebabkan keruntuhan dan berlakunya keburukan dengan menguasai keluarga secara keseluruhan.
Pertengkaran dengan terjadi dalam kehidupan suami isteri
secara langsung mempengaruhi pendidikan dan kejiwaan anak. Karena itu, tanggung
jawab kita dengan pertama dalam pendidikan anak-anak kita adalah membangunkan
pernikahan dengan Islami (seperti dengan ditunjukkan oleh Islam).
BAB III
PENUTUP
PENUTUP
KESIMPULAN
Sejalan dengan itu dibutuhkan relasi yang jelas antara suami
dan istri, dan tidak bisa disama-ratakan tugas dan wewenangnya. Suami berhak
menuntut hak-haknya, seperti dilayani istri dengan baik. Sebaliknya, suami
memiliki kewajiban untuk mendidik istri dan anak-anaknya, memberikan nafkah
yang layak dan memperlakukan mereka dengan cara yang makruf.
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menghalangi mereka kawin dan menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 19).
Allah SWT berfirman : “Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu mempusakai wanita dengan jalan paksa dan janganlah kamu menghalangi mereka kawin dan menyusahkan mereka karena hendak mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan kepadanya, terkecuali bila mereka melakukan perbuatan keji yang nyata. Dan bergaullah dengan mereka secara patut. Kemudian bila kamu tidak menyukai mereka, (maka bersabarlah) karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak” (Qs. an-Nisâ’ [4]: 19).
Sampai kapanpun rumah tangga orang-orang yang memiliki
keutamaan dalam agama ini juga tidak lepas dari masalah perselisihan
pertengkaran dan kemarahan. Namun berbeda dengan orang-orang yang tidak
mengerti agama orang yang memiliki keutamaan dalam agama tidak membiarkan setan
menyetir hingga menjerumuskannya kepada apa yang disenangi oleh setan. Bahkan
mereka berlindung kepada Allah dari godaan setan berusaha memperbaiki perkara
mereka menyatukan kembali kebersamaan mereka dan menyelesaikan perselisihan di
antara mereka.
Pada hakikatnya hasil dengan diharapkan dari terbinanya sebuah rumah tangga Islam adalah terwujudnya satu generasi dengan sholeh, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah : "Dan orang-orang dengan berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang dengan bertidakwa.(QS.25:74).
Pada hakikatnya hasil dengan diharapkan dari terbinanya sebuah rumah tangga Islam adalah terwujudnya satu generasi dengan sholeh, sebagaimana dinyatakan dalam firman Allah : "Dan orang-orang dengan berkata: "Ya Tuhan kami, anugerahkanlah kepada kami isteri-isteri kami dan keturunan kami sebagai penyenang hati (kami) dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang dengan bertidakwa.(QS.25:74).
Anak-anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (tidak berdosa).
Bila anak kita mendapatkan tarbiyah dengan baik dia akan menjadi anak yang
sholeh. Namun bila anak dibesarkan di tengah-tengah ibu bapak dengan sering
bertengkar atau ibu bapak dengan keluar dari landasan Islam, anak itu akan
demikian juga. Rasulullah SAW telah bersabda: "Anak-anak itu lahir dalam
keadaan fitrah, adalah ibu bapaknya dengan menjadikan dia Yahudi, Nasrani, atau
Majusi." (HR Bukhari dan Muslim).
DAFTAR PUSTAKA
Sumber: Sehari di Kediaman Rasulullaahi Shalallaahu
alaihi wasalam, Abdul Malik Al-Qasim
Artikel www.KisahMuslim.com
Artikel www.KisahMuslim.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar